Selasa, 01 April 2014

Kenapa Ibu Tidak Shalat ??

Cerita ini saya peroleh dari seorang teman, seorang ibu yang punya pengalaman unik meladeni pertanyaan putri kecilnya yang saat itu baru berusia–sekitar–enam tahun.

Suatu saat, si ibu menyuruh anaknya shalat. Anaknya protes, “Kok, Ibu enggak shalat?”
Ibunya bingung mau menjawab apa. Ya, jelaslah ibunya cuma bisa menyuruh shalat tetapi dirinya sendiri tidak shalat, soalnya, si ibu sedang haid.

Bingung … bingung …

Akhirnya, si ibu bertanya ke kawannya, sesama ibu muda. Kira-kira, apa jawaban kawannya itu?

“Jelasin aja dengan cara sederhana. Bilang gini, ‘Kamu tahu ayam ‘kan? Ayam itu bertelur ‘kan? Kalau telur ayam enggak jadi anak ayam, nanti telurnya pecah. Nah, telur ibu sekarang sedang pecah.’”

Simpel ya!

Logika yang sederhana, ilmiah, dan mudah dipahami kanak-kanak:

Ayam punya telur -> Kalau telur tidak dierami maka telurnya pecah ->
Ibu juga punya “telur” di dalam ovarium -> Kalau tidak dibuahi dan tidak berkembang menjadi janin, telur itu pecah.

Itulah mekanisme menstruasi pada wanita.

Menjelaskan beragam pertanyaan si comel memang perlu ilmu dan trik tersendiri. Di satu sisi, kita diharapkan bisa menjawab keingintahuan si anak. Di sisi lain, waspadalah! Kalau sampai asal ngomong dan berprinsip “yang penting bisa jawab”, boleh jadi, logika yang kita sampaikan malah jadi bumerang yang berbalik menyerang kita.

Kalau contoh berikut ini, saya baca dari sebuah tulisan. Entah cerita nyata atau sekadar rekaan, tetap ada pelajaran penting untuk para ibu di dalamnya.

“Bu, ‘diperkosa’ itu apa?” seorang anak kecil bertanya kepada ibunya tentang makna “diperkosa”. Mungkin dia mendengar dari perkataan orang lain atau mungkin juga akibat nonton TV tanpa pengawasan orang tua.

Ibu mana yang tak bingung ketika harus menjawab pertanyaan seperti ini.

“Diperkosa itu artinya ‘dicium’,” begitulah jawaban si ibu, sekenanya.

Para ibu sekalian tentu tahu bahwa anak-anak itu memiliki daya rekam yang cepat. Gara-gara dibekali pengetahuan bahwa “diperkosa” itu sama dengan ‘dicium’, lihat saja kejadian setelahnya.

“Ibu … aku diperkosa Kakak!” si kecil berteriak dari dalam rumah. Sontak saja si ibu malu bukan kepalang. Tamu yang sedang dia jamu, langsung saja dia tinggalkan sebentar untuk melihat keadaan anaknya.

Ternyata, si kakak hanya mencium adiknya itu. Maklum, karena sudah pernah diajari ibunya bahwa “diperkosa” itu artinya ‘dicium’, si adik yang polos pun berteriak, “Ibu … aku diperkosa Kakak!” Padahal, kakaknya sekadar mencium ketika mereka sedang bermain-main.

Nah, kalau Anda yang ditanya oleh anak Anda tentang makna “diperkosa”, bagaimana jawaban Anda?

Bandar Universiti, 23 April 2011,
Athirah binti Mustadjab

http://athirahm.wordpress.com/2011/04/23/kenapa-ibu-tidak-shalat/


Tidak ada komentar:

Posting Komentar